TELITI PEMBELAJARAN BERORIENTASI TRI HITA KARANA RAIH DOKTOR

SINGARAJA – Pembelajaran IPA berorientasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana (THK) yang memanfaatkan konsep-konsep IPA yang terkait dengan budaya, kegiatan, dan kekhasan yang dimiliki siswa selaku masyarakat Bali sangat mendukung peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa. Itulah salah salah poin dalam disertase mahasiswa S3 Pendidikan Dasar Undiksha Tahun 2020, Surayanah, S.Pd., M.Pd. Disertase berjudul “Pengembangan Alat Ukur Tes IPA Berorientasi Higher Order Thinking Skills Dengan Elaborasi Nilai-nilai Kearifan Lokal Tri Hita Karana di Madrasah Ibtidaiyah” tersebut berhasil dipertahankan dalam ujian terbuka untuk memperoleh derajat doktor Program Pascasarjana Undiksha Singaraja, Rabu (4/11/2020).

Dr. Surayanah, S.Pd., M.Pd.

Penelitian dengan promotor Prof. Dr. Nyoman Dantes, dan Co-Promotor I, Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd., dan Co-Promotor II, Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd., tersebut, antara lain untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan elaborasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana berorientasi Higher Orde Thinking Skills (HOTS) berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Proses pembelajaran dengan menerapkan model elaborasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana berorientasi HOTS dilakukan di sebelas Madrasah Ibtidaiyah yang tersebar di provinsi Bali.

Surayanah, selaku peneliti, melakukan pendampingan proses pembelajaran dengan elaborasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana berorientasi HOTS sebanyak lima kali pertemuan di tiap sekolah. Penelitian tersebut dilakukan dengan pengumpulan data menggunakan tes HOTS dengan elaborasi nilai-nilai kearifan lokal THK. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk analisis data adalah teknik deskriptif untuk mengetahui kualitas hasil belajar post-test siswa dan statistik inferensial untuk menguji hipotesis penelitian.

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menganalisis menggunakan uji t-burning dengan membandingkan hasil tes IPA berorientasi HOTS dengan elaborasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana dengan KKM pelajaran IPA siswa. Berdasarkan hasil analisis dengan t-bruning, diperoleh nilai t = 14,96. Setelah memperoleh t dilanjutkan dengan menguji tingkat efektivitas sebesar 0,83 dengan kategori tinggi. Berdasarkan hasil Es = 0,83 termasuk dalam kriteria efektivitas tinggi.

“Dengan demikian, terdapat pengaruh efektif implementasi pembelajaran dengan elaborasi dengan nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah se-Provinsi Bali,” jelas mahasiswa kelahiran Desa Tegallinggah, Sukasada, Buleleng, 28 Juli 1990 ini.

Menurutnya, pembelajaran dengan elaborasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana memiliki tahapan-tahapan pembelajaran yang lebih kompleks dan komprehensif dalam menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada diri siswa. “Pembelajaran dengan elaborasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan ruang gerak dalam membangun pengetahuan,” jelasnya.

Delapan tahapan dalam pembelajaran dengan elaborasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana memberi kesempatan kepada pembelajar untuk mengaitkan konten materi dengan konteks nyata, menemukan konsep, menerapkan konsep, bekerja sama memecahkan masalah, dan memindahkan konsep dalam konteks yang baru. Dengan mengintegrasikan kedelapan tahapan ini dalam suatu proses pembelajaran, kata Surayanah, maka sangat dimungkinkan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dan melatih keterampilan berpikir siswa sehingga berimplikasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi yang baik.

Selain itu, tambah dia, pembelajaran dengan elaborasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar “mengalami”, tidak hanya sekadar menghafal, menerapkan konsep, dan melatih keterampilan berpikir siswa secara optimal. Artinya, jelas Surayanah, siswa tidak hanya sebagai penerima pasif instruksi guru melainkan aktif mengonstruksi pengetahuannya sendiri.

“Berdasarkan karakteristik pembelajaran dengan elaborasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa jika pembelajaran tersebut dirancang dan dilaksanakan dengan baik maka pembelajaran tersebut dapat memfasilitasi siswa untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran IPA berorientasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana memanfaatkan konsep-konsep IPA yang terkait dengan budaya, kegiatan, dan kekhasan yang dimiliki oleh siswa selaku masyarakat Bali sangat mendukung peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa,” kata Surayanah lagi.

Dikatakan juga, mengutip Tajularipin (2017), HOTS sangat cocok diterapkan pada pembelajaran IPA berorientasi nilai-nilai kearifan lokal. Namun, pada pembelajaran IPA berorientasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana siswa dituntut memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, evaluasi, pengetahuan konseptual, prosedural, dan metakognisi.

“Keterampilan tersebut dapat diterapkan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Secara bertahap melalui pengalaman itu, para siswa menjadi pemecah masalah, pembuat keputusan yang bijaksana, dan pelajar seumur hidup karena kognisi tingkat tinggi membantu mereka menjadi pembelajar mandiri,” paparnya.

Surayanah juga menjelaskan, melalui penelitian pengembangan ini dihasilkan alat ukur IPA berorientasi HOTS dengan elaborasi nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana yang valid, dengan reliabel yang tinggi, dan efektivitas tinggi. “Berdasarkan hasil yang dicapai pada penelitian ini dapat disarankan kepada guru yang ingin menggali keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dapat menggunakan soal-soal berorientasi HOTS dengan elaborasi nilai-nilai THK,” katanya.

Kata dia, guru-guru diharapkan mengintegrasikan budaya lokal yang diterapkan di masing-masing daerah ke dalam pembelajaran IPA mengingat pengetahuan harus cocok dengan pengalaman dan pengalaman yang sudah dibentuk oleh budaya masyarakat siswa sejak sebelum siswa masuk sekolah dasar. Atas keberhasilan mempertahankan disertasinya dalam ujian terbuka tersebut Surayanah berhak menyandang gelar di depan namanya. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *