BMKG: ADA POTENSI TSUNAMI 20 METER, PERKUAT MITIGASI

DENPASAR – Ada potensi terjadinya tsunami 20 meter yang timbul dari gempa bumi megatrush. Karena itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan untuk memperkuat mitigasi.

“Potensi itu memang ada, cuma kita belum tahu kapan akan terjadi. Karena sampai sekarang teknologi belum bisa memprediksi kapan terjadi gempa bumi secara tepat. Besarnya seperti apa, waktunya kapan,” kata Kepala Balai Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, M. Taufik Gunawan, menjawab pertanyaan peserta dalam acara Press Release Online BBMKG Wilayah III Denpasar, Senin (5/10/2020).

M. Taufik Gunawan

Menurutnya, yang harus diketahui oleh masyarakat adalah bahwa potensi tsunami 20 meter itu merupakan potensi maksimum. Dikatakan, kalau betul-betul terjadi bisa tidak sebesar itu, bergantung kekuatan gempa buminyanya. “Dan tidak semua daerah rata 20 meter (tinggi tsunaminya-red). Tidak seperti itu. Itu potensi maksimum di selatan Jawa, khususnya di Jawa Barat,” jelas Taufik.

Dijelaskan, potensi tsunami setinggi 20 meter tersebut diawali dari penelitian dari ITB Bandung. Para peneliti ITB membuat pemodelan nanti di selatan jawa ada potensi kekuatan gempa bumi dengan menimbulkan potensi tsunami maksimum 20 meter.

Dikatakan Taufik, untuk potensi tsunami itu sebetulnya bisa dibuat skenarionya. Misalnya ada gempa di titik mana, kemudian dihitung secara model, sehingga berapa meter sampai di pantai. Ia mengatakan, Selasa (6/10/2020), BMKG akan melaksanakan pemodelan dengan membuat skenario di selatan Jawa timur ada gempa 9,1 SR. Kemudian dibuat pemodelan nanti ketinggian tsunami sampai di Bali berapa meter.

BMKG mengimbau agar masyarakat tidak terpengaruh dan tidak panik dengan informasi potensi tsunami setinggi 20 meter. Menurut Taufik, yang harus dilakukan adalah memperkuat mitiasi bencana. “Kita harus perbuat mitigasi. Itu tugas kita karena kita tahu potensinya ada, tugas kita adalah perkuat mitigasi. Bagaimana kita sosialisasi kepda masyarakat. Bagaimana jalur-jalur evakuasi, persiapannya seperti apa. Itu yang lebih penting,” ujarnya.

Taufik menjelaskan, penelitian itu bukan sembarangan, dan dapat dipertanggjawabkan secara ilmiah. “Tugas kita adalah menerangkan kepada masyarakat bahwa itu hasil penelitian potensi maksimum. Bagaimana upaya-upaya mitigasi kalau itu terjadi,” tegasnya. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *